Sensasi Komersial Novel the Da Vinci Code
Tidak sedikit orang yang pernah mendengar dan membaca novel the Da Vinci Code (DVC) karya Dan Brown. Novel ini di negara asalnya diterbitkan oleh penerbit Doubleday pada tanggal 18 Maret 2003. Novel tersebut juga telah diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia oleh penerbit lokal, Serambi, pada tahun 2004 yang lalu.
Novel DVC bercerita tentang seorang profesor ahli simbol dari Harvard bernama Robert Langdon yang datang ke Museum Louvre di Paris untuk memecahkan simbol. Secara tak sengaja, profesor tersebut kemudian terlibat dalam konspirasi yang berkaitan dengan sejarah agama Katolik/Kristen.
Brown dengan cermat mengaitkan kode-kode dari karya seniman kawakan Leonardo da Vinci dengan sejarah agama Katolik/Kristen serta membuat berbagai klaim yang mendeskreditkan kebenaran iman kepercayaan agama tersebut. Misalnya, Brown mengemukakan bahwa Yesus Kristus pernah menikah dengan Maria Magdalena dan mempunyai anak yang hingga kini keturunannya masih ada di dunia.
Hal ini sangatlah bertentangan dengan iman kepercayaan umat Kristiani, karena umat Kristiani percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang tidak pernah menikah apalagi mempunyai anak.
Brown sendiri adalah seorang guru bahasa Inggris yang kini berusia 41 tahun. Dalam menulis novel, Brown sangat terinspirasi novel kriminal karya Sydney Sheldon dan berbagai buku beraliran 'new age' yang sedari dulu selalu membuat spekulasi-spekulasi mengenai sejarah dan teori-teori konspirasi, termasuk di dalamnya sejarah agama-agama di dunia. Para ahli sejarah dan ahli agama sendiri malas untuk menggubris buku-buku beraliran 'new age' ini karena sangat diragukan kebenarannya.
Kembali ke novel DVC, pada dasarnya kisah dari novel ini masih dalam batas normal. Tema yang diangkat juga sudah sering dijadikan topik tulisan. Namun, ada hal fenomenal dari novel ini, yaitu sebuah kalimat yang berada di halaman kedua novel tersebut yang berbunyi, "Semua deskripsi dari karya seni, arsitektur, dokumen dan rahasia ritual dalam novel ini adalah akurat."
Klaim ini membingungkan para pembaca karena definisi sebuah novel adalah mutlak sebuah fiksi dengan tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian fiktif. Lalu bagaimana mungkin sebuah buku dikategorikan sebagai novel tetapi isinya bukan fiksi? Selain membingungkan, klaim tersebut juga menimbulkan debat panjang di dunia terutama berkaitan dengan sejarah agama Katolik/Kristen. Karena bila buku DVC tersebut adalah akurat, iman umat Kristiani di seluruh dunia salah.
Walaupun dipojokkan, umat Kristiani seluruh dunia tidak mencekal atau menangkap atau pun menyakiti Brown. Dia tetap dibiarkan bebas menghirup udara segar dan menikmati royaltinya. Umat Kristiani sendiri tak tergoyahkan iman kepercayaanya oleh karena buku ini.
Dan, orang-orang non-Kristiani juga tetap hormat dan simpati terhadap umat Kristiani. Buktinya, pemakaman Paus Yohanes Paulus ke-2 yang lalu merupakan pemakaman tokoh penting dunia yang paling spektakuler abad ini dengan dihadiri ratusan kepala negara dan para pemimpin agama dunia.
Sejak awal 2005, terungkaplah bahwa di balik fenomena novel DVC ini adalah faktor komersil belaka. Kalimat penuh sensasi "Semua deskripsi dari karya seni, arsitektur, dokumen dan rahasia ritual dalam novel ini adalah akurat" ternyata semata-mata merupakan sebuah kalimat promosi belaka yang dibuat oleh Doubleday.
25 Juta Kopi
Doubleday sadar bahwa Brown adalah penulis 'kurang terkenal' dan Doubleday berharap dengan menambahkan kalimat promosi seperti itu, novel DVC dapat melejit di pasaran (the Sydney Morning Herald, 17/03/05).
Dan ternyata, kalimat promosi itu membuahkan dampak komersil yang luar biasa. Novel DVC kini novel telah diterjemahkan dalam 44 bahasa dan terjual sebanyak 25 juta kopi di seluruh dunia dan masih terus menjadi buku terlaris hingga tulisan ini dibuat. Jumlah ini merupakan 10 kali lipat dibanding jumlah penjualan novel-novel sejenis dari pengarang terkenal seperti John Grisham dan Nora Robert.
Prestasi penjualan novel DVC betul-betul spektakuler. Novel tersebut menjadi buku terlaris yang pernah dijual di Amazon.com, sebuah toko buku berbasis internet/online. Dan menjadi buku terlaris versi New York Times selama 103 minggu, di mana 51 minggu di antaranya menduduki peringkat pertama.
Di Indonesia, DVC menjadi buku laris di berbagai toko buku lokal. Dan, keuntungan yang diperoleh dari penjualan mencapai lebih dari 140 juta. Harian Telegraph mengklaimnya sebagai buku fiksi dewasa terlaris sepanjang masa.
Tak hanya novel DVC saja, tiga novel karya Brown lainnya (Angels and demons, Deception Point, dan Digital Fortress) juga ikut melonjak penjualannya di pasaran. Dan, novel-novel sejenis dari penulis berbeda juga makin digemari banyak orang. Perlu diketahui bahwa belakangan ini masyarakat dunia cenderung malas untuk membaca novel karena makan waktu, tetapi kini masyarakat mulai kembali menggemari novel.
Menyusul kepopuleran novel DVC, ada banyak buku diterbitkan dengan mengangkat tema yang berkaitan dengan novel ini. Di toko buku-toko buku di Jakarta saja, penulis menemukan sedikitnya tiga buku berkaitan dengan tema DVC. Seperti buku 'Fakta dan fiksi di balik Da Vinci Code' karya Steve Kellmeyer (edisi bahasa Indonesia diterbitkan oleh Optima Press), buku 'the Real History of Da Vinci Code' karya sejarawan, Sharan Newman, yang membahas topik tersebut dari segi sejarah.
Buku berjudul 'Opus Dei' karya Michael Walsh yang membahas topik tersebut dari segi agama. Di situs Amazon.com, terdapat lebih dari 10 buku telah diterbitkan berkaitan dengan tema DVC.
Novel DVC juga telah memicu pertumbuhan industri pariwisata Eropa terutama di Prancis dan Inggris. Sejak novel tersebut meledak di pasaran, banyak orang Amerika berdatangan ke sana untuk melakukan tur Da Vinci (Guardian, 01/01/05). Dan, wilayah yang paling terkena dampak kebanjiran turis adalah wilayah barat daya Perancis terutama Rennes-Les-Bains.
Dikabarkan, novel DVC telah 'memberi' US$ 20 juta untuk industri lokal di Rennes-Les-Bains tahun 2003 lalu. (International Herald Tribune, 29/10/04). Dan jumlah ini belum terhitung untuk tahun 2004 dan 2005.
Industri perfilman Hollywood pun tak ketinggalan 'menangkap' fenomena komersil dari novel DVC. Saat ini Hollywood tengah membuat film berdasarkan novel tersebut yang rencananya akan dirilis tahun 2006 mendatang. Film tersebut dimainkan oleh bintang-bintang film ternama dunia seperti Tom Hanks dan Audrey Tautou.
Prestasi terakhir yang diperoleh novel DVC adalah keberhasilannya menjadi 'Book of the year' di London pada acara penghargaan bagi insan buku di Inggris (the 16th British Book Award) pada tanggal 20 April 2005 yang baru lalu. Selain mendapat predikat penuh prestise tersebut, sebuah peristiwa besar juga terjadi pada pesta buku tahunan di Inggris itu dimana segala pertanyaan dunia mengenai keakuratan novel DVC terjawab.
Seperti dikutip dari www.alalettre.com (sebuah situs Perancis mengenai satra), melalui konferensi video Brown dengan besar hati mengakui bahwa buku tersebut hanyalah sebuah novel. Ujarnya, "Let's be clear. It is a novel."
Pernyataan Brown ini bisa dibilang terlambat. Setelah 2 tahun novel tersebut beredar di pasaran, dibiarkan menggemparkan dunia dan membuat umat Kristiani seluruh dunia resah, baru Brown mengakuinya. Bisa jadi Brown akhirnya berani mengakui setelah keuntungan daripada penjualan novel tersebut terasa cukup baginya dan bagi Doubleday.
Sebuah novel yang betul-betul komersil. *
* ditulis oleh Soelikartono untuk khalayak ramai
1 Comments:
hmmm......
Post a Comment
<< Home